HIKMAH DIBALIK
MUSIBAH
Seperti hari-hari biasanya, sambil sekolah, Neni, si gadis kecil yang
berusia 13 tahun selalu menjajakan kue daganangnya yang dibuat oleh sang ibu.
Jika di sekolah kue-kue nya tidak habis terjual, dia langsung menjajakannya ke
komplek-komplek yang menuju rumahnya.
Sore itu Neni pulang ke rumah dengan keadaan basah kuyup, badannya
menggigil, bibirnya pun biru. Ibunya yang tengah sakit pun khawatir melihat
keadaan Neni.
“kamu kenapa
nak?”tanya ibunya seraya memegangi dadanya yang sakit karena batuk yang tak
kunjung sembuh.
“tadi aku
kehujanan bu saat jualan. Ini bu uang hasil jualan kue. Kue nya habis bu.”kata
Neni seraya mengulurkan uang kepada ibunya.
“coba ibu
cek badan kamu.”kata ibunya sambil memegang kening Neni, “badan kamu panas Nak.
Kamu harus segera minum obat. Ibu akan keluar sebentar untuk membeli obat dulu
yah.”lanjut ibunya.
“nggak usah
bu, ibu kan masih sakit, lagian aku nanti juga akan sembuh kok bu, aku akan
istirahat saja bu.”kata Neni.
“ya udah.
Sini biar ibu kompres kamu yah nak. Sebentar ibu akan ambil air dingin
dulu.”kata ibunya.
“iya
bu.”jawab Neni. Ibunya masuk ke dalam dapur untuk mengambil perlengkapan untuk
mengompres Neni.
“nak, badan
kamu semakin menggigil.”kata ibunya dengan nada khawatir serta batuk-batuk.
“ibu, dingin
bu.”kata Neni sambil menggigil.
“assalamualaikum.”salam
Reno, adik Neni yang baru saja pulang sekolah. Dia berumur 9 tahun. Mereka memang hanya tinggal bertiga di rumah
kontrakan yang disewa mereka. Ayah Neni sudah meninggal ketika Reno baru saja
berumur 5 tahun.
“waalaikumsalam.”jawab
Neni dan ibunya.
“lho. Kakak
kenapa bu?”tanya Reno seketika dia melihat Neni yang sedang menggigil.
“tadi
kakakmu kehujanan Ren. Kamu ganti baju dulu, terus makan yah!”perintah ibunya
kepada Reno.
“baik
bu.”jawab Reno patuh.
Semalaman badan Neni panas. Dia
menggigil kedinginan. Ibunya pun menungguinya, tidak tidur walaupun keadaan
ibunya sendiri masih sakit.
Pagi harinya badan Neni tambah
panas. Badannya pun menggigil. Ibunya yang mendengar suara Neni yang menggigil
langsung masuk ke kamar untuk menengok keadaannya.
“Nen, badan
kamu tambah panas nak. Kita pergi ke dokter saja yuk.”kata ibunya sambil
batuk-batuk.
“enggak ah
bu, uang kita kan untuk bayar kontrakan bulan ini. Nggak usah.”jawab Neni
dengan suara yang lemah.
“tapi badan
kamu semakin panas nak.”jelas ibunya. “kalau gitu ibu akan cari pinjaman dulu
yah nak. Kamu istirahat saja.”kata ibunya.
“jangan bu,
ibu kan masih sakit.”kata Neni melarang ibunya. Neni memang sangat menyayangi
ibunya. “neni nggak mau ibu kelelahan bu, neni nggak mau ibu tambah
sakit.”lanjutnya.
“ya udah,
kalau gitu ibu beli obat dulu yah di apotek.”kata ibunya.
“tapi apotek
itu jauh bu, lagi pula kalau obatnya mahal bagaimana?”tanya Neni.
“tidak
apa-apa nak.”jawab ibunya.
Ibunya pun langsung keluar rumah
untuk membeli obat.
“ibu mau
kemana bu?”tanya Reno yang akan meminta izin untuk berangkat sekolah.
“ibu mau
membeli obat buat kakakmu Ren.”jawab ibunya.
“biar Reno
saja bu yang beli. Ibu kan masih sakit.”pinta Reno kepada ibunya.
“jangan nak,
kamu berangkat sekolah saja. Nanti kamu telat lho.”perintah ibunya.
“tapi
bu.”sahut Reno.
“nggak
apa-apa Ren, kamu berangkat saja!”pinta ibunya.
“baiklah bu,
Reno berangkat dulu. Assalamualaikum.”kata reno sambil mencium tangan ibunya.
“waalaikumsalam.
Hati-hati yah.”jawab ibunya. Reno pun berangkat. Tak begitu lama ibunya
berangkat menuju apotek. Letak apotek dari rumah kontrakan sekitar 2 KM, jarak
tersebut ditempuhnya dengan berjalan kaki.
Sungguh memrihatinkan sekali
keadaan ibunya saat itu. Berjalan dengan batu-batuk, sambil memegang dadanya. Tiba-tiba.....
“tiiiiiiiinnnnnn....................”bnuyi
klakson sebuah mobil terdengar begitu panjangnya dan “bruuk...” mobil tersebut
menabrak sesosok perempuan yang hendak pergi ke apotek, yang tidak lain adalah
ibu Neni. Tubuh itu tergeletak di jalan, darah banyak keluar di sana. Sang
pemilik mobil pun keluar dari dalam mobil. Dia langsung membawa ibu Neni menuju
rumah sakit. Warga yang melihat peristiwa itu pun turut membantu. Ada juga yang
pergi ke rumah kontrakan Neni untuk mengabarkan kabar tersebut.
“assalamualaikum.”sapa
Kamto, tetangga Neni yang rumahnya tidak begitu jauh dari rumah kontrakan Neni,
yang kebetulan mengetahui peristiwa itu.
“waalaikumsalam.”jawab
Neni seraya membukakan pintu dengan
susah payah.
“lho kamu
kenapa Nen?”tanya Kamto yang melihat keadaan Neni kurang begitu sehat.
“saya sakit
pak, ada apa yah pak? Kok bapak datang dengan tergesa-gesa seperti itu?”tanya
Neni.
“anu Nen,
ibu kamu.”jawab Kamto.
“ada apa
dengan ibu saya pak?”tanya Neni dengan nada cemas.
“ibu kamu
kecelakaan Nen, sekarang dia dibawa ke rumah sakit.”jawab Kamto.
“tolong
antar saya pak.”pinta Neni.
“iyah. Ayo,
sekalian memeriksakan keadaan kamu Nen.”kata Kamto.
Akhirnya mereka pergi ke rumah
sakit, dengan menggunakan motor Kamto.
Sesampainya
di rumah sakit Neni langsung bertanya dimana ibunya dirawat dan langsung menuju
ke ruang tersebut. Sesampainya didepan ruang tersebut Neni bertemu dengan
sepasang suami istri, yang tidak lain adalah pemilik mobil yang menabrak
ibunya.
“nak, kamu
anaknya ibu yang didalam?”tanya perempuan yang kira-kira memiliki usia yang
tidak jauh berbeda dengan ibunya.
“iya bu,
beliau ibu saya.”jawab Neni sambil menangis.
“mukamu
pucat sekali nak,”kata pria disebelahnya.
“dia memang
sedang sakit pak.”sahut Kamto.
“ya ampun,
kalau begitu kamu periksa saja yah nak.”kata pria tersebut. “mari. Kita ke
ruang periksa dokter.”lanjutnya. Neni pun menurut.
“oiya, nama
kamu siapa nak?”tanya pria tersebut.
“nama saya
Neni pak.”jawab Neni.
“oh, nama
saya Pratama, kalau perempuan yang tadi disamping saya itu istri saya, namanya
Rahmi.”cerita pria tersebut.
“oh, iya
pak.”respon Neni.
Setelah selesai diperiksa Neni
meminum obat dari dokter, dan mereka kembali ke ruang dimana ibunya dirawat.
Dokter yang memeriksa ibunya pun keluar.
“bagaimana
keadaan ibu saya dok?”tanya Neni.
“tabahkan
hatimu nak.”kata dokter tersebut seraya memegang punggung Neni.
“ibu saya
baik-baik saja kan dok?”tanya Neni.
“kami sudah
berusaha yang terbaik nak, tapi itu semua sudah kehendak Tuhan.”kata dokter
tersebut, “ibu kamu meninggal nak.”lanjut dokter tersebut.
“dokter
tidak serius kan dok? Ibu saya pasti baik-baik saja kan dok?”tanya Neni seraya
menangis.
“yang tabah
yah nak!”kata dokter tersebut.
“nggak
mungkin. Ibuuu.. ibuuu..”Neni menangis seraya masuk ke dalam ruangan.
“Neni, kamu
yang tabah nak.”kata Pak Pratama menghibur Neni. Akan tetapi Neni tetap
menangis sambil memeluk ibunya.
Keesokan harinya, Neni hanya
tinggal berdua dengan Reno. Mereka masih dirundung duka yang mendalam hingga
mereka tidak berangkat sekolah. Pagi itu Pak Pratama dan ibu Rahmi datang ke
rumah kontrakan Neni.
“assalamualaikum.”sapa
mereka berdua.
“waalaikumsalam.”jawab
Neni seraya membukakan pintu. “silakan masuk Pak, bu.”lanjutnya.
“Neni, Reno,
kalian tidak sekolah?”tanya bu Rahmi.
“tidak
bu.”jawab Neni.
“Nen, maksud
kedatangan kami kesini yaitu kami ingin mengajak kamu dan Reno untuk tinggal
bersama kami. Sebagai wujud tanggung jawab kami yang telah menabrak ibu kalian.
Kalian mau kan?”tanya pak Pratama.
“iya Nen,
kalian juga kan masih kecil, apalagi adik kamu. Lebih baik kalian tinggal
bersama kami yah? Lagi pula kami juga belum mempunyai anak. Kami pasti akan
senang sekali kalau kalian mau ikut tinggal bersama kami. Kamu mau yah?”bujuk
bu Rahmi.
“saya akan
berunding dulu dengan adik saya bu, pak.”jawab Neni. Neni mengajak Reno masuk
untuk berunding.
“de, apakah
kamu mau ikut tinggal bersama mereka?”tanya Neni kepada adiknya.
“aku
terserah kakak saja deh. Lagi pula kita kan disini cuma berdua kak, tidak ada
yang mengurus kita kak.”jawab Reno.
“baiklah.
Kalau begitu kita ikut tinggal bersama mereka.”kata Neni. Mereka berdua kembali
keluar untuk menemui pak Pratama dan ibu Rahmi.
“bagaimana
Nen?”tanya bu Rahmi.
“kami mau
ikut tinggal bersama ibu dan bapak.”jawab Neni.
“nah kalau
begitu sekarang kalian bereskan barang-barang kalian yah, terus kita urus rumah
kontrakan ini, kita kembalikan kuncinya kepada yang punya. Yah?”kata bu Rahmi.
“baik bu,
kami akan membereskan barang-barang kami.”jawab Neni.
Siang itu Neni dan Reno sampai
di rumah Pak Pratama dan ibu Rahmi. Rumah mereka terletak jauh dari rumah
kontrakan Neni dan Reno. Neni dan Reno pun pindah sekolah. Sekolah yang lebih
bagus, sekolah favorit di kota tersebut.
Kini kehidupan Neni dan Reno lebih membaik. Neni tak perlu lagi
menjajakan kue-kue kering untuk mendapatkan uang. Pak Pratama dan ibu Rahmi pun
begitu menyayangi mereka.Neni terkadang teringat dengan keadaannya yang kini
telah yatim piatu. Akan tetapi dia bersyukur ada orang yang mau mengangkatnya
dan adiknya menjadi anak angkat dan merawat mereka.