Rabu, 27 November 2013

cerpen


HIKMAH DIBALIK MUSIBAH

Seperti hari-hari biasanya, sambil sekolah, Neni, si gadis kecil yang berusia 13 tahun selalu menjajakan kue daganangnya yang dibuat oleh sang ibu. Jika di sekolah kue-kue nya tidak habis terjual, dia langsung menjajakannya ke komplek-komplek yang menuju rumahnya.
Sore itu Neni pulang ke rumah dengan keadaan basah kuyup, badannya menggigil, bibirnya pun biru. Ibunya yang tengah sakit pun khawatir melihat keadaan Neni.
“kamu kenapa nak?”tanya ibunya seraya memegangi dadanya yang sakit karena batuk yang tak kunjung sembuh.
“tadi aku kehujanan bu saat jualan. Ini bu uang hasil jualan kue. Kue nya habis bu.”kata Neni seraya mengulurkan uang kepada ibunya.
“coba ibu cek badan kamu.”kata ibunya sambil memegang kening Neni, “badan kamu panas Nak. Kamu harus segera minum obat. Ibu akan keluar sebentar untuk membeli obat dulu yah.”lanjut ibunya.
“nggak usah bu, ibu kan masih sakit, lagian aku nanti juga akan sembuh kok bu, aku akan istirahat saja bu.”kata Neni.
“ya udah. Sini biar ibu kompres kamu yah nak. Sebentar ibu akan ambil air dingin dulu.”kata ibunya.
“iya bu.”jawab Neni. Ibunya masuk ke dalam dapur untuk mengambil perlengkapan untuk mengompres Neni.
“nak, badan kamu semakin menggigil.”kata ibunya dengan nada khawatir serta batuk-batuk.
“ibu, dingin bu.”kata Neni sambil menggigil.
“assalamualaikum.”salam Reno, adik Neni yang baru saja pulang sekolah. Dia berumur 9 tahun.  Mereka memang hanya tinggal bertiga di rumah kontrakan yang disewa mereka. Ayah Neni sudah meninggal ketika Reno baru saja berumur 5 tahun.
“waalaikumsalam.”jawab Neni dan ibunya.
“lho. Kakak kenapa bu?”tanya Reno seketika dia melihat Neni yang sedang menggigil.
“tadi kakakmu kehujanan Ren. Kamu ganti baju dulu, terus makan yah!”perintah ibunya kepada Reno.
“baik bu.”jawab Reno patuh.
                Semalaman badan Neni panas. Dia menggigil kedinginan. Ibunya pun menungguinya, tidak tidur walaupun keadaan ibunya sendiri masih sakit.
                Pagi harinya badan Neni tambah panas. Badannya pun menggigil. Ibunya yang mendengar suara Neni yang menggigil langsung masuk ke kamar untuk menengok keadaannya.
“Nen, badan kamu tambah panas nak. Kita pergi ke dokter saja yuk.”kata ibunya sambil batuk-batuk.
“enggak ah bu, uang kita kan untuk bayar kontrakan bulan ini. Nggak usah.”jawab Neni dengan suara yang lemah.
“tapi badan kamu semakin panas nak.”jelas ibunya. “kalau gitu ibu akan cari pinjaman dulu yah nak. Kamu istirahat saja.”kata ibunya.
“jangan bu, ibu kan masih sakit.”kata Neni melarang ibunya. Neni memang sangat menyayangi ibunya. “neni nggak mau ibu kelelahan bu, neni nggak mau ibu tambah sakit.”lanjutnya.
“ya udah, kalau gitu ibu beli obat dulu yah di apotek.”kata ibunya.
“tapi apotek itu jauh bu, lagi pula kalau obatnya mahal bagaimana?”tanya Neni.
“tidak apa-apa nak.”jawab ibunya.
                Ibunya pun langsung keluar rumah untuk membeli obat.
“ibu mau kemana bu?”tanya Reno yang akan meminta izin untuk berangkat sekolah.
“ibu mau membeli obat buat kakakmu Ren.”jawab ibunya.
“biar Reno saja bu yang beli. Ibu kan masih sakit.”pinta Reno kepada ibunya.
“jangan nak, kamu berangkat sekolah saja. Nanti kamu telat lho.”perintah ibunya.
“tapi bu.”sahut Reno.
“nggak apa-apa Ren, kamu berangkat saja!”pinta ibunya.
“baiklah bu, Reno berangkat dulu. Assalamualaikum.”kata reno sambil mencium tangan ibunya.
“waalaikumsalam. Hati-hati yah.”jawab ibunya. Reno pun berangkat. Tak begitu lama ibunya berangkat menuju apotek. Letak apotek dari rumah kontrakan sekitar 2 KM, jarak tersebut ditempuhnya dengan berjalan kaki.
                Sungguh memrihatinkan sekali keadaan ibunya saat itu. Berjalan dengan batu-batuk, sambil memegang dadanya. Tiba-tiba.....
“tiiiiiiiinnnnnn....................”bnuyi klakson sebuah mobil terdengar begitu panjangnya dan “bruuk...” mobil tersebut menabrak sesosok perempuan yang hendak pergi ke apotek, yang tidak lain adalah ibu Neni. Tubuh itu tergeletak di jalan, darah banyak keluar di sana. Sang pemilik mobil pun keluar dari dalam mobil. Dia langsung membawa ibu Neni menuju rumah sakit. Warga yang melihat peristiwa itu pun turut membantu. Ada juga yang pergi ke rumah kontrakan Neni untuk mengabarkan kabar tersebut.
“assalamualaikum.”sapa Kamto, tetangga Neni yang rumahnya tidak begitu jauh dari rumah kontrakan Neni, yang kebetulan mengetahui peristiwa itu.
“waalaikumsalam.”jawab Neni  seraya membukakan pintu dengan susah payah.
“lho kamu kenapa Nen?”tanya Kamto yang melihat keadaan Neni kurang begitu sehat.
“saya sakit pak, ada apa yah pak? Kok bapak datang dengan tergesa-gesa seperti itu?”tanya Neni.
“anu Nen, ibu kamu.”jawab Kamto.
“ada apa dengan ibu saya pak?”tanya Neni dengan nada cemas.
“ibu kamu kecelakaan Nen, sekarang dia dibawa ke rumah sakit.”jawab Kamto.
“tolong antar saya pak.”pinta Neni.
“iyah. Ayo, sekalian memeriksakan keadaan kamu Nen.”kata Kamto.
                Akhirnya mereka pergi ke rumah sakit, dengan menggunakan motor Kamto.
Sesampainya di rumah sakit Neni langsung bertanya dimana ibunya dirawat dan langsung menuju ke ruang tersebut. Sesampainya didepan ruang tersebut Neni bertemu dengan sepasang suami istri, yang tidak lain adalah pemilik mobil yang menabrak ibunya.
“nak, kamu anaknya ibu yang didalam?”tanya perempuan yang kira-kira memiliki usia yang tidak jauh berbeda dengan ibunya.
“iya bu, beliau ibu saya.”jawab Neni sambil menangis.
“mukamu pucat sekali nak,”kata pria disebelahnya.
“dia memang sedang sakit pak.”sahut Kamto.
“ya ampun, kalau begitu kamu periksa saja yah nak.”kata pria tersebut. “mari. Kita ke ruang periksa dokter.”lanjutnya. Neni pun menurut.
“oiya, nama kamu siapa nak?”tanya pria tersebut.
“nama saya Neni pak.”jawab Neni.
“oh, nama saya Pratama, kalau perempuan yang tadi disamping saya itu istri saya, namanya Rahmi.”cerita pria tersebut.
“oh, iya pak.”respon  Neni.
                Setelah selesai diperiksa Neni meminum obat dari dokter, dan mereka kembali ke ruang dimana ibunya dirawat. Dokter yang memeriksa ibunya pun keluar.
“bagaimana keadaan ibu saya dok?”tanya Neni.
“tabahkan hatimu nak.”kata dokter tersebut seraya memegang punggung Neni.
“ibu saya baik-baik saja kan dok?”tanya Neni.
“kami sudah berusaha yang terbaik nak, tapi itu semua sudah kehendak Tuhan.”kata dokter tersebut, “ibu kamu meninggal nak.”lanjut dokter tersebut.
“dokter tidak serius kan dok? Ibu saya pasti baik-baik saja kan dok?”tanya Neni seraya menangis.
“yang tabah yah nak!”kata dokter tersebut.
“nggak mungkin. Ibuuu.. ibuuu..”Neni menangis seraya masuk ke dalam ruangan.
“Neni, kamu yang tabah nak.”kata Pak Pratama menghibur Neni. Akan tetapi Neni tetap menangis sambil memeluk ibunya.
                Keesokan harinya, Neni hanya tinggal berdua dengan Reno. Mereka masih dirundung duka yang mendalam hingga mereka tidak berangkat sekolah. Pagi itu Pak Pratama dan ibu Rahmi datang ke rumah kontrakan Neni.
“assalamualaikum.”sapa mereka berdua.
“waalaikumsalam.”jawab Neni seraya membukakan pintu. “silakan masuk Pak, bu.”lanjutnya.
“Neni, Reno, kalian tidak sekolah?”tanya bu Rahmi.
“tidak bu.”jawab Neni.
“Nen, maksud kedatangan kami kesini yaitu kami ingin mengajak kamu dan Reno untuk tinggal bersama kami. Sebagai wujud tanggung jawab kami yang telah menabrak ibu kalian. Kalian mau kan?”tanya pak Pratama.
“iya Nen, kalian juga kan masih kecil, apalagi adik kamu. Lebih baik kalian tinggal bersama kami yah? Lagi pula kami juga belum mempunyai anak. Kami pasti akan senang sekali kalau kalian mau ikut tinggal bersama kami. Kamu mau yah?”bujuk bu Rahmi.
“saya akan berunding dulu dengan adik saya bu, pak.”jawab Neni. Neni mengajak Reno masuk untuk berunding.
“de, apakah kamu mau ikut tinggal bersama mereka?”tanya Neni kepada adiknya.
“aku terserah kakak saja deh. Lagi pula kita kan disini cuma berdua kak, tidak ada yang mengurus kita kak.”jawab Reno.
“baiklah. Kalau begitu kita ikut tinggal bersama mereka.”kata Neni. Mereka berdua kembali keluar untuk menemui pak Pratama dan ibu Rahmi.
“bagaimana Nen?”tanya bu Rahmi.
“kami mau ikut tinggal bersama ibu dan bapak.”jawab Neni.
“nah kalau begitu sekarang kalian bereskan barang-barang kalian yah, terus kita urus rumah kontrakan ini, kita kembalikan kuncinya kepada yang punya. Yah?”kata bu Rahmi.
“baik bu, kami akan membereskan barang-barang kami.”jawab Neni.
                Siang itu Neni dan Reno sampai di rumah Pak Pratama dan ibu Rahmi. Rumah mereka terletak jauh dari rumah kontrakan Neni dan Reno. Neni dan Reno pun pindah sekolah. Sekolah yang lebih bagus, sekolah favorit di kota tersebut.
Kini kehidupan Neni dan Reno lebih membaik. Neni tak perlu lagi menjajakan kue-kue kering untuk mendapatkan uang. Pak Pratama dan ibu Rahmi pun begitu menyayangi mereka.Neni terkadang teringat dengan keadaannya yang kini telah yatim piatu. Akan tetapi dia bersyukur ada orang yang mau mengangkatnya dan adiknya menjadi anak angkat dan merawat mereka.

Senin, 04 November 2013

Cara belajar siswa efektif

A. CBSA (CARA BELAJAR SISWA AKTIF)

1. Pengertian Pendekatan CBSA

Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari.
            CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.

2. Dasar-Dasar Pemikiran Pendekatan CBSA

            Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah sebagai berikut:

a. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan.
Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik di sekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak, bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belalar. Dalam hubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional, mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.

b. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk rnelakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi pelajaran.

c. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan tes sumatif.

d. Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LP’TK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggarisbawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri, pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan secara praktik.

3. Hakikat Pendekatan CBSA

            Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
            Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
a. Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan
b. Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan
c. Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap.
            Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien. Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

4. Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA

            Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik, Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:

a. Dimensi subjek didik :

o Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
o Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
o Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
o Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
o Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.

b. Dimensi Guru

o Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
o Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
o Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
o Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing.
o Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.

c. Dimensi Program

o Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
o Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
o Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

d. Dimensi situasi belajar-mengajar

o Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
o Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.

5. Rambu-Rambu Pendekatan CBSA

            Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat diukur dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses belajar-mengajar. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari beberapa dimensi. Rambu-rambu tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar memiliki kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya kadar CBSA dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah.
a. Berdasarkan pengelompokan siswa
            Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.
b. Berdasarkan kecepatan Masing-Masing siswa
            Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.

c. Pengelompokan berdasarkan kemampuan
            Pengelompokan yang homogin dan didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satu kelompok maka hal ini mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.
d. Pengelompokkan berdasarkan persamaan minat
            Pada suatu guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.
e. Berdasarkan domein-domein tujuan
            Strategi belajar-mengajar berdasarkan domein/kawasan/ranah tujuan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Menurut Benjamin S. Bloom CS, ada tiga domein ialah:
a) Domein kognitif, yang menitik beratkan aspek cipta.
b) Domein afektif, aspek sikap.
c) Dornein psikomotor, untuk aspek gerak.
2) Gagne mengklasifikasi lima macam kemampuan ialah:
a) Keterampilan intelektual.
b) Strategi kognitif.
c) Informasi verbal.
d) Keterampilan motorik.
e) Sikap dan nilai.

CBSA dapat diterapkan dalam setiap proses belajar mengajar. Kadar CBSA dalam setiap proses belajar mengajar dipengaruhi oleh penggunaan strategi belajar mengajar yang diperoleh. Dalam mengkaji ke-CBSA-an dan kebermaknaan kegiatan belajar mengajar, Ausubel mengemukakan dua dimensi, yaitu kebermaknaan bahan serta proses belajar mengajar dan modus kegiatan belajar mengajar. Ausubel mengecam pendapat yang menganggap bahwa kegiatan belajar mengajar dengan modus ekspositorik, misalnya dalam bentuk ceramah mesti kurang bermakna bagi siwa dan sebaliknya kegiatan belajar mengajar dengan modus discovery dianggap selalu bermakna secara optimal. Menurutnya kedua dimensi yang dikemukakan adalah independen, sehingga mungkin saja terjadi pengalaman belajar mengajar dengan modus ekspositorik sangat bermakna dan sebaliknya mungkin saja terjadi pengalaman belajar mengajar dengan modus discovery tetapi tanpa sepenuhnya dimengerti oleh siswa. Yang penting adalah terjadinya asimilasi kognitif pengalaman belajar itu sendiri oleh siswa.

B. PENDEKATAN KONSEP dalam PEMBELAJARAN  BAHASA

            Perbuatan belajar ingin menguasai dan memperoleh sistem respons berupa perilaku yang mengait domein (ranah) kognitif, efektif dan psikomotorik. rincian tujuan secara operasional akan menentukan strategi, pendekatan dan metode-metode mengajar atau juga model-model pembelajar dalam pengembangan kegiatan belajar-mengajar- Berikut ini akan memperlihatkan pendekatan konsep dalam kegiatan belajar-mengajar.

1. Konsep dan Ciri-ciri Konsep Apakah konsep itu ?
            Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiiiki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Manifestasi (perwujudan) proses kognitif melalui tahap-tahap.
a. Mengklasifikasikan pengalaman untuk menguasai konsep tertentu.
b. Menafsirkan pengalaman dengan jalan menghubungkan konsep yang telah diketahui untuk menyusun generalisasi.
c.Mengumpulkan informasi untuk menafsirkan pengalaman.
Setiap konsep yang telah diperoleh mempunyai perbedaan isi dan luasnya. Seseorang yang memiiiki konsep melalui proses yang benar pengalaman dan pengertiannya aican kuat. Kemampuan membedakan sangat dibutuhkan dalam penguasaan konsep. Dapat membedakan konsep berarti dapat melihat ciri-ciri setiap konsep.

2. Ciri-ciri suatu konsep:
a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman laagsung.
c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya.
d. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalarnan.
e. Konsep yang benar membentuk pengertian.
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu.

3. Pendekatan Konsep dalam Kegiatan Belajar Mengajar
            Konsep dasar adalah konsep yang diperoleh melalui pengalaman yang benar. Konsep dasar berkembang melalui bimbingan pendidikan dan proses belajar mengajar.
Contoh : Perkembangan konsep bahasa anak. Dimulai dari suaru-suara yang tak ada artinya (berceloteh) menjadi suara.huruf, lambat laun menjadi suku kata.
            Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks.
            Konsep yang kompleks memerlukan permunculan berulang kali dalam satu pertemuan dalam kelas, didukung media atau sarana yang tepat.
contoh : Kalau pengajar menjelaskan konsep “mata”, maka pembelajar dapat memperlihatkan mata mereka secara konkret. Pengajar bertanya. inana matamu ? Apa gunanya mata. Berapa matamu ? Dan pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat menghubungakan benda konkret dengan fungsinya dan kegiatannya. Semua ini memunculkan pengalaman baru.
Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu diperhatikan dari beberapa hal; antara lain. Memperkenalkan benda-benda yang semula tak bernama .menjadi bernama.
-Memperkenalkan unsur benda, sehingga memberi kemungkinan unsur lain.
.Menunjukkan persetujuan dengan membandingkan contoh dan bukan contoh
Contoh : pakaian: kain-kain yang dibuat dan dipakai di badan
bukan contoh : tas, kalung, giwang; barang-barang ini dipakai tetapi bukan pakaian,.
Oleh karena itu kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah
1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkunean.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang tienar yang mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesiflk dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang kompleks.
4. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
           
Pengajar menempel kertas bergambar yang ada tulisannya BAJU”. Tulisan di bawah baju. Pengajar sambil rnenunjuk gambar dan tulisan secara bergantian. Kegiatan ini diulang ulang dan tekanan pada ucapan (membaca) kata BAJU itu..Pengajar menunjuk sekali lagi gambar yang telah dikelompokkan. sebagai contoh
gambar : kemeja, blus, kebaya, celana, rok dan lain sebagainya yang dikelompokkan
dengan gambar tas, sepatu, ikat pinggang, topi dsb. Pengelompokan ini berdasarkan
contoh (sebenarnya) dan berdasarkan bukan contoh (sebagai pelengkap atau yang
berkesan mirip). Pembelajar menganiutidan mencamkan.Pengajar bersama pembelajar memberi sebuah nama atau istilah. Gambar ini atau
barang yang termasuk baju dan gambar atau barang yang bukan baju tetapi sebagai
pelengkap. Pembelajar secara lisan dapat menyebut dengan nama “BAJU” dan defmisi
Menurut Jerome Bruner strategi pengolahan informasi perolehan konsep dilakukan dengan pendekatan konsep secara cermat. Imbauan J. Bruner ialah agar pembelajar memiliki kemampuan berpikir induktif dan pada pembelajar terbentuk konsep yang benar. Selain memiliki konsep yang benar juga memiliki konsep yang kuat pada din pembelajar. Akan tetapi jangan tergesa-gesa mengambil menyimpulkan menjadi simbol. Dampaknya pembelajar hanya akan meniru yang diucapkan pengajar. Jika konsep dasar yang dimiliki pembelajar kuat maka dengan mudah ia akan memberi pengertian sesuai dengan situasi. Dengan proses pembelajaran, proses bimbingari, proses pendidikan yang kontinyu akhimya konsep-konsep dasar akan dapat diperhalus. Kedewasaan pembelajar yang makin bertamball dan meningkat, pengajar dapat mempercepat proses pembentukan konsep dalam pembelajaran.

4) Cara Mempercepat Konsep
a. Contoh dan bukan contoh diharapkan sedapat mungkin dengan kehidupan sehari-hari.
b. Memberi nama, istilah dan definisi sesuai dengan contoh yang konkret.
c. Menghindari konsep yang tertutup atau yang sulit dipahami oleh pembelajar, dengan alasan kemampuan berpikir si pembelajar masih sederhana.
d. Memberi kesempatan lebih banyak untuk menghubungkan dengan pengalaman atau memperoleh pengalaman.
e. Memberi latihan-latihan secara teratur, dan memberi kesempatan untuk berhasil.
f. Membantu menemukan simbol dalam konsep itu dan menyusunnya dalam suatu kata atau kalimat yang dapat diterima oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain.
“BAJU”.
3) Tahap Ikonik
a. Pengajar menunjuk tulisan “BAJU”, pembelajar mengucapkan “BAJU”.
b. Pengajar mengucapkan kai., “BAJU”, pembelajar dapat menjelaskan pengertian
“BAJU”.
c. Kalau pengajr menyuruh seorang pembelajar, “Lipatlah baju mil pembelajarpun akan mengambil salah satu baju dan dilipat. Ini suatu pertanda bahwa pembelajar telah memiliki konsep.

C.PENDEKATAN CBSA DALAM PEMBELAJARAN

            Sejak dulu selalu dibicarakan masalah cara mengajar guru di kelas. Cara mengajar dipakainya dengan istilah metode mengajar. Metode diartikan cara. Jika diperhatikan berbagai metode yang dikenal dalam dunia pendidikan atau pembelajaran dan jumlahnya makin mengembang, maka dipertanyakan apakah metode itu. Ada beberapa jawaban untuk itu di antaranya, “Cara-cara penyajian bahan pembelajaran”. Dalam bahasa Inggris disebut “method”. Dalam kata metode tercakup beberapa faktor seperti, penentuan urutan bahan, penentuan tingkat kesukaran bahan, dan suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping istilah metode yang diartikan sebuah “cara” ; bahkan ada yang menggunakan istilah “model”.
            Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan*kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. lapun dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Keduanya tidak menyukai pendekatan-pendekatan psikologis yang lebih awal. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehmgga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.

A.Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan CBSA ?
            Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.

B. Dasar-Dasar Pemikiran CBSA
            Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan konsep CBSA
yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha
peningkatan CBSA Dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA Secara rasional adalah sebagai berikut:

1. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan.
Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik disekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak, bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belalar. Dalam bubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional, mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.

2. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusara atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan member!
kesempatan untuk rnelakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai deengan isi materi pelajaran.

3. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan member! Peluang memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera diperbaiki. Jadi, CBSA member! alasan untuk dilaksanakan penilaian secara efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan tes sumatif.

4. Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggarisbawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri, pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan secara praktik.

Trio U